Dibawah ini adalah sekelumit sejarah tentang Nabi Isa as. Tulisan ini merupakan sebuah terjemahan bebas seorang salah seorang Muslim di perantauan yang diterjemahkan dari buku seorang pemerhati sejarah dan agama-agama, dan sedikit tambahan dari berbagai referensi yang mendukung untuk memperkuat penjelasannya ini.

Kami paham sepenuhnya, bahwa kemungkinan tulisan ini akan bersinggungan dengan keyakinan dan kepercayaan orang lain, namun, kami juga sadar, bahwa bagaimanapun, hal ini harus disampaikan sebagai sebuah kenyataan dan kebenaran.

Semoga bermanfaat. Amin

  1. Pendahuluan, Beberapa Fatwa Ulama Besar

Berkenaan topik penyaliban Isa a.s., memang berkembang beberapa pemahaman.

  1. Kristiani beranggapan bahwa Yesus wajib wafat ditiang salib (karena inilah inti dari ajaran penebusan dosa).
  2. Yahudi juga berkeinginan untuk membunuh Yesus (Isa a.s.) karena dia adalah hamba yang terkutuk.
  3. Muslim (sebagian besar) beranggapan bahwa Isa a.s. dihindarkan dari hukuman salib dan orang lainlah yang dikorbankan, dan kemudian Isa a.s. naik kelangit dengan jasmaniyah nya (untuk hal ini sepemahaman dengan keyakinan umat kristiani).

Semoga saya diberi karunia oleh Allah SWT untuk bisa membuat rangkaian tulisan yang panjang ini dengan berdasarkan dalil-dalil yang dapat dipertanggung jawabkan, amin.

Kali kesempatan pertama ini, sebagai rasa hormat saya kepada Institusi Al Azhar, maka ijinkan saya untuk mengutip tulisan/pendapat Syeikh Mahmoud Shaltout (Rektor Universitas Al Azhar Cairo, Mesir). Pendapat beliau ini adalah berkenaan apakah Isa a.s. sudah wafat atau masih hidup (naik ke langit). Karena panjangnya tulisan beliau maka saya hanya akan mengutip beberapa pokok tulisan beliau.

Beliau mengutip ayat 115 & 116 dari surah Al Maidah, dan dalam ayat ini ada kata “tawaffaytani” yang maknanya adalah mewafatkan. Dan beliau dalam mengartikan kata tawaffaytani ini juga merujuk kepada ayat 32:11; 4:97; 8:50. Kemudian Syeikh Shaltout menulis : “Oleh sebab itu adalah masuk akal, bahwa perkataan tawaffaytani yang disebut dalam di atas sehubungan dengan Nabi Isa a.s. (Yesus) dalam surah Al Maidah (115 & 116) akan bermakna kematian alami secara wajar yang orang-orang memahami dan yang orang-orang berbahasa Arab mengerti dari teks dan konteks hubungan kedua-duanya. Maka jika kita ambil ayat ini menurut makna yang asli dan sesuai haruslah disimpulkan bahwa Nabi Isa (Yesus) wafat dan tak ada dalil yang menguatkan anggapan bahwa beliau masih hidup dan kematian tidak terjadi pada beliau.

Juga tidak beralasan untuk mengatakan bahwa perkataan mati, wafat, dalam ayat itu bermakna bahwa beliau akan wafat sesudah turun dari langit – menurut pendapat yang tersebar bahwa beliau hidup di langit dan akan turun menjelang akhir dunia. Ini disebabkan ayat itu berbicara dalam istilah yang jelas mengenai hubungan beliau dengan kaum beliau sendiri, bukan kepada kaum lain yang akan ada menjelang hari kiamat dan bukan dengan mereka yang difahami sebagai umat Muhammad saw serta bukan kaum Nabi Isa (di masa datang).” (Al Majallah, Kairo Mesir)

Demikian pula dalam ‘Tafsir Al Azhar’, Prof. Hamka menulis : “Adapun Ulama Indonesia yang menganut faham seperti demikian dan menyatakan pula faham itu dengan karangan ialah, guru dan ayah hamba Dr. Syaikh Abdulkarim Amrullah di dalam bukunya al Qaulush Shahih, pada tahun 1924. Beliau menyatakan faham beliau, bahwa Nabi Isa meninggal dunia menurut ajalnya dan diangkat derajat beliau di sisi Allah, jadi bukan tubuhnya yang dibawa ke langit”.

Sayid Rasyid Ridha, sesudah menguraikan pendapat-pendapat ahli tafsir tentang ayat yang ditanyakan ini, mengambil kesimpulan; “Jumlah kata tidaklah ada nash yang shahih (tegas) di dalam Al Qur’an bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan tubuh dan nyawa ke langit dan hidup di sana…”

Demikianlah saya membuka serial ini dengan mempersembahkan fatwa dari ulama-ulama besar Al Azhar yang mana mereka mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. (Yesus) telah wafat dengan wajar .

  1. Penangkapan dan Pengadilan

Isa a.s. (Yesus) yang sudah mengetahui akan rencana penangkapan akan diri beliau, menjelang penangkapan beliau bersama murid beliau pergi ke bukit Getsmani. Di sana beliau berdoa dengan penuh ratap sangat pilu memohon keselamatan dari hukuman salib (kematian terkutuk).

“Dan mulailah ia merasa sedih dan gentar. Lalu katanya kepada mereka, “Hatiku sangat sedih seperti mau mati rasanya…” Maka ia maju sedikit, lalu sujud, dan berdo’a, katanya, “Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan (kematian) ini lalu dari padaku, tetapi janganlah seperti yang kuhendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”. (Injil Matius 26: 37-39).

“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdo’a; peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”. (Injil Lukas 22 : 44).

Nabi Isa a.s. menangis bukan karena takut melainkan menyesali apa yang diperbuat oleh kaum Yahudi karena semata-mata kebencian dan purba sangka kepada beliau dan hendak membuktikan bahwa beliau adalah seorang pendusta dengan kematian terkutuk di tiang salib.

Kaum Yahudi yang dimotori oleh para Ulama Yahudi mengadukan Isa a.s. kepada Pilatus (seorang Gubernur) agar ia menangkap dan mengadili Isa. Namun sebenarnya Pilatus enggan untuk menangkap Isa a.s. dan berkata : “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padanya” (Injil Yohanes 18 : 38).

Kecewa karena Pilatus membela Isa a,s, maka para musuh Isa a.s. mengancam akan mengadukan sikap Pilatus kepada Kaisar. Mereka berkata : “Jika engkau membebaskan dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar…..” (Injil Yohanes 19:12)

Pilatus sebenarnya merasa dan mengetahui bahwa Isa a.s. bukanlah seorang biasa, terlebih-lebih istri Pilatus memperoleh mimpi bahwa Isa a.s. adalah orang yang benar sehingga ia berkata kepada suaminya : “Jangan engkau mencampuri perkara orang yang benar itu, sebab karena dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam”. (Matius 27 : 19).

Akhirnya dengan berat hati Pilatus tidak bisa menghindar dari desakan nafsu kaum Yahudi untuk membunuh Isa a.s. : “Ia harus disalibkan!” Pilatus mengambil air dan membasuh tangannya. Di hadapan orang banyak dan berkata, “Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri”. (Injil Matius 27 : 23-24).

  1. Hakikat Hukum Salib (shalb)

Hukuman salib adalah hukuman yang terkenal dan lazim digunakan oleh bangsa-bangsa tertentu zaman dahulu. Orang Romawi sebenarnya tidak pernah menggunakan hukuman salib untuk bangsa mereka sendiri melainkan menerapkannya pada bangsa-bangsa jajahan mereka untuk menghukum orang-orang yang dianggap memberontak kepada Kaisar.

Salib atau shalb berasal dari kata ash-shaliib yang berarti sumsum atau lemak. Dalam bahasa Arab dikatakan ash-haabush-shulubi, yakni orang-orang yang mengumpulkan al-‘idhaama (tulang) dan mengeluarkan sumsumnya serta mencampurkannya. Di dalam Al Qur’an dikatakan, “yakhruju min bainish shulbi wat taraaib” (keluar dari antara tulang belakang yang paling bawah dan tulang-tulang dada – QS 86:7). Dalam ayat yang lain dikatakan, “Wa ammal aakharu fasyushlabu fatakuluth-thairu min rasihii” (Dan adapun mengenai yang lain, ia akan disalibkan, burung-burung akan memakan sebagian dari kepalanya – QS 12:41). Jika kita meneliti asal dan makna kata yang terbentuk dari huruf sh-l-b (shalb) maka artinya adalah tulang atau sumsum.

Prosesi hukuman shalb (salib) adalah prosesi hukuman mati yang perlahan-lahan, dan biasanya memakan waktu sampai dengan tiga hari hingga ajalnya tiba. Terhukum akan dipaku kedua tangannya di tiang salib, dikarenakan berat tubuhnya maka si terhukum akan mengalami kesulitan nafas karena terhimpit paru-parunya, hingga akhirnya hal ini akan mempercepat kematian. Oleh karena itu untuk menambah penderitaan (memperlama proses kematian), maka pada telapak kaki diberikan sandaran papan di kakinya, dipakukan kepada papan tersebut (sehingga dengan kaki ini terhukum dapat berdiri menyangga tubuh).

Terhukum akan dibiarkan menderita haus dan rasa sakit bahkan gangguan dari hewan liar. Pamungkas dari proses kematian ini adalah dipatahkannya tulang-tulang kaki (shalb-salib/patahkan tulang mengeluarkan sumsum) yang akan mempercepat kematian. Inilah hukuman salib (pematahan tulang dan sumsum di pancang / tiang kayu).

Jadi seseorang yang hanya mengalami pemakuan di tiang kayu namun tidak mengalami pematahan tulang dan sumsum maka tidak bisa dikatakan telah di hukum salib.

 

  1. Misi Rahasia Menyelamatkan Isa a.s. (Yesus)

Pilatus secara rahasia menolong Isa dengan menetapkan hari hukuman salib pada Jum’at siang (jam 12 siang) (Matius 27 : 46), dan pada jam 3 sore, Isa diturunkan dari Tiang Salib dengan kondisi tampak “Mati”. Seperti yang telah lazim bahwa hukuman salib adalah hukuman mati secara perlahan (umumnya 3 hari) dan belum pernah ada yang mengalami kematian dalam hitungan jam. Lalu mengapa Isa diturunkan padahal baru 3 jam (nampak tergesa-gesa)?

Jawabannya karena dalam Taurat ada tertulis hukum :”Maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah, janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu menjadi milik pusakamu” (Ulangan 21:23).

Nabi Isa a.s. diturunkan dari salib dalam keadaan pingsan

Jadi dikarenakan menurut hitungan hari Yahudi bahwa Hari Raya Sabath telah mulai sejak hari Jum’at petang (jam 18), maka tidak boleh ada najis (mayat orang terkutuk) yang menodai kesucian hari Sabath. Oleh karena itu haruslah tidak boleh ada orang yang terpantek di kayu salib. Maka dari itu Orang Yahudi sendiri yang meminta Isa a.s. diturunkan secepatnya dari kayu salib.

Senja menjelang hari Sabath, tidak boleh ada orang yang disalib

Pada saat Isa dihukum salib ada juga dua penjahat yang dihukum berserta beliau, namun tidak seperti Isa, mereka masih nampak segar atau hidup, sehingga bagi mereka diperlakukan cara cepat untuk menghabisi nyawa mereka dan mereka di hukum salib (shalb) dengan mematahkan tulang-tulang kaki mereka (yang menyangga tubuh mereka). Sedangkan bagi Isa a.s. karena pada saat akan diturunkan kondisi beliau nampak terlihat mati maka beliau tidak dihukum salib (shalb – pematahan tulang-tulang).

Hal ini nampaknya merupakan perwujudan dari ramalan suci (nubuatan) : “Ia melindungi segala tulangnya, tidak satu pun yang patah”. (Mazmur 34 : 21). Sedangkan bagi perajurit Romawi alasan mereka tidak mematahkan tulang belulang Isa a.s. adalah karena Jasad Isa a.s. nampak seperti yang sudah mati : “Melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya” (Yohanes 19 : 33).

Perlu diperhatikan bahwa dasar yang menyatakan bahwa Isa mati itu adalah hanya atas Melihat, tidak mendekati, apalagi menyentuh, sehingga bisa dipastikan lebih jauh apakah masih berdenyut nadinya alias mati sungguhan atau tidak? Karena hanya sekedar melihat itu tidak pasti dan inilah pangkal keragu-raguan orang Yahudi kelak bahwa mereka sendiri tidak yakin bahwa dalam waktu tiga jam tersebut dan tanpa hukum shalb mereka telah memutuskan ajal Isa (membunuh Isa). Hal ini berhubungan dengan ucapan Isa sebelum dihukum, “Kamu akan melihat dan melihat, namun tidak merasa” (Matius 13:14).

Ketika Yohanes berkata bahwa tentara itu melihat, bahwa maksudnya mereka menduga bahwa Isa telah wafat. Jadi inilah cara Allah untuk menolong Isa. Dengan menserupakan beliau nampak seperti yang telah wafat dan hanya membiarkan tentara Romawi hanya melihat dan menduga-duga.

Allah menyelamatkan Isa a.s. dalam kondisi pingsannya dengan menampakan kepada Tentara Romawi dan Orang Yahudi bahwa mereka melihat Isa seperti dalam kondisi mati. Karena itulah tentara Romawi tidak mematahkan tulang sumsum Isa a.s.. Setelah tubuh Isa telah diturunkan dari tiang maka untuk memastikan Isa telah wafat maka seorang Tentara Romawi menggoreskan lembing nya ke sisi rusuk tubuh Isa a.s. dan setelah melihat tidak adanya respon gerakan dari tubuh Isa maka ia yakin bahwa Isa telah wafat. Namun….sebenarnya tidak demikian.

“Hanyalah seorang lasykar menikam rusuk Yesus dengan tombaknya, maka sekejap itu juga mengalir keluar darah dengan air” (Yahya 19 : 34). Adalah rahmat Allah SWT yang telah membuat tubuh manusia (Isa a.s.) pingsan karena menahan rasa sakit dan letih. Seseorang yang berada dalam kondisi pingsan mengakibatkan peredaran darahnya menjadi lamban dan tidak lancar. Dengan adanya pelukaan akibat goresan ujung lembing membuat peredaran darah lancar kembali dan memancarlah darah keluar, perlu diperhatikan bahwa hal ini (darah mengalir) hanya dapat terjadi pada tubuh yang mana jantungnya masih berdenyut (masih hidup).

Dan perlu diperhatikan kata “sekejap itu juga” menandakan bahwa darah memancar dengan cepat yang mana hal itu menunjukan bahwa sebenarnya Yesus/Isa masih hidup manakala diturunkan dan hanya pingsan (yang disangka telah mati oleh Yahudi dan Orang Romawi).

Dr. W.B. Primrose, seorang ahli anastesi RS. Royal Glasgow dalam tulisan beliau dalam harian “Thinker Digest” mengatakan, “Bahwa air tersebut disebabkan oleh adanya gangguan syaraf pada pembuluh darah lokal akibat rangsangan yang berlebihan dari proses penyaliban”.

Perlu dicari tahu bahwa selain karena rasa sakit apakah gerangan yang membuat Isa jatuh pingsan dalam waktu yang singkat itu?

Adalah rahmat Allah SWT beliau menjadikan Isa pingsan karena menahan sakit, perih, dan lelah dari hukuman tiang salib, namun disaat yang sama dua orang penjahat yang turut dihukum masih nampak siuman, lalu sebab apakah Isa dalam waktu kurang dari tiga jam sudah jatuh tak sadarkan diri?

Jawaban yang logis bisa kita telusuri, pada Yohanes 19: 29-30 tertulis: “Di situ ada suatu benda penuh anggur asam (tertulis Vinegar-bukan wine). Maka mereka mencucukkan bunga karang yang telah dicelupkan dalam anggur asam pada sebatang hyssop (tanaman semak yang harum untuk obat) lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam berkatalah ia: “sudah selesai”, lalu ia menundukan kepalanya dan menyerahkan nyawanya”. Adakah Vinegar ini telah berpengaruh kepada Yesus?

Vinegar memiliki efek stimulasi yang sementara sebagaimana obat amonia yang dicium dan bahkan dipakai untuk menstimulasi budak-budak pengayuh perahu kapal. Memberikan anggur yang dibumbui dengan Myrrh atau kemenyan kepada orang yang akan dihukum mati sebagai usaha untuk menghilangkan rasa sakit (efek narkotik) adalah sesuai dengan kebiasaan Yahudi, seperti yang tertulis : “Dia yang dieksekusi diberi sedikit kemenyan dicampur anggur dalam piala sehingga dia kehilangan kesadaran” (Sahn 43 – Kitab Talmud).

Pada saat menjelang penyaliban, serdadu Roma bukan saja membolehkan pemberian minuman narkotik ini bahkan salah satu dari mereka terbukti membantu meminumkannya pada Yesus (Matius 27:48, Markus 15:36, Lukas 23:36, Johanes 19:29). Vinegar yang disebutkan dalam Injil yang dalam bahasa Latin disebut Acetum/Acidus/Acere/Acida. Dalam budaya Persia dan Timur Tengah umumnya mengenal Minuman Persembahan Suci (Haoma Drink). Haoma Drink dibuat dari Juice tanaman Asclepias Acida. Efek minuman ini adalah membuat seseorang menjadi koma (mati suri).

Varietas asclepias acida ini di Eropa disebut dengan “Swallowwort”. Untuk membuat ramuan Haoma Drink ini perlu keahlian agar takarannya tepat dan orang-orang dari Golongan Yahudi Essene yang sangat mahir dalam bidang pengobatan/penyembuhan sangat mengenal ramuan minuman ini. Salah satu efek dari ramuan Swallowwort (Asclepias Acida) ini adalah Extreme sweating and a dry mouth, dan ini sesuai dengan apa yang di alami oleh Isa, “Yesus mengatakan: “Saya haus” (Yohanes 19:28). “Aku haus……..”, rintih Nabi Isa a.s.

Jadi para murid rahasia Yesus (Isa) dari golongan Essenes bekerja sama dengan Pilatus telah memberikan Haoma Drink ini kepada Isa a.s. sebelum beliau di paku di tiang salib dan ini merupakan rencana rahasia untuk menolong Isa. Dan akibat dari ramuan inilah beliau menjadi koma (mati suri) di tiang salib.

Setelah kita mengetahui apa sebab Yesus (Isa) mengalami pingsan yang demikian cepat dalam kurun waktu tiga jam di tiang salib, kini saya ingin mengajak anda kembali pada saat tubuh Isa masih berada di tiang salib.

Meski Injil menerangkan dengan berbeda-beda namun adalah suatu kepastian bahwa pada saat menjelang jam 15 (3 sore) terjadi gemuruh, guntur, gempa, serta langit pun menjadi gelap. Hal ini adalah suatu mukjizat yang mana Allah menampakan gejala alam ini untuk membuat ciut dan takut hati kaum Yahudi yang saat itu berpesta pora disekitar (dekat) lokasi tiang-tiang salib, yang serta merta hati mereka menjadi takut akan kutuk Tuhan atas perbuatan mereka dan lari berhamburan menyelamatkan diri.

Peristiwa ini adalah rencana Tuhan yang karenanya para murid “rahasia” Isa (yang bukan 12 orang itu-mereka semua melarikan diri karena takut) dapat mendekati tiang salib, menurunkan jasad beliau, dan mengurus beliau a.s. Adalah Nikodemus dan Yusuf Arimatea (murid Isa dari golongan Essenes) yang telah meminta jasad Yesus kepada Pilatus. Nikodemus, Yusuf Arimatea, Maria Magdalena, dan murid-murid rahasia lainnya dari Essenes-lah yang menolong dan mengurus ‘jasad’ Isa a.s. setelah diturunkan dari tiang salib (Markus 15:47). Perlu diingat bahwa kondisi dan situasi saat itu sangat genting, karena jika orang Yahudi mengetahui bahwa Isa masih hidup maka mereka akan mencoba untuk membunuh untuk yang kedua kali.

 

  1. Kaum Yahudi Ragu dan Tidak Yakin

Orang – orang Yahudi mulai menaruh curiga. Mereka sama sekali tidak yakin apakah mereka telah membunuh Isa….jangan-jangan…Isa masih hidup(?). Maka setelah hari Sabath mereka datang kepada Pilatus, “Keesokan harinya…..datanglah Imam-Imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus dan mereka berkata, “Tuan, kami ingat bahwa si penyesat sewaktu hidupnya berkata,…Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak…. penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama”. (Matius 27:62-64).

Orang Yahudi memohon untuk menjaga kubur Isa – perlu difahami bahwa kubur Isa bukan seperi kubur yang kita kenal, melainkan berupa ruang kamar atau gua yang mana terdapat sirkulasi udara masuk. Kesalahan orang Yahudi adalah bahwa mereka tergesa-gesa menurunkan Isa dari tiang salib (hanya 3 jam lamanya), lalu mereka tidak melakukan hukuman salib (shalb – pematahan tulang dan sumsum) pada Isa karena melihat (menduga, mengira-ngira) bahwa Isa mati, lalu mereka membiarkan jasad Isa diambil oleh murid-murid rahasia Isa tanpa pengawasan mereka, dan yang terakhir mereka telah sangat terlambat mendatangi Pilatus.

Karena inilah akhirnya mereka sama sekali berada dalam keraguan dan tidak yakin apakah mereka telah membunuh Isa, terlebih-lebih karena mereka lalai dari melakukan hukuman salib (salb) atas Isa karena terperdaya akan keadaan Isa yang diserupakan seolah telah “mati”.

“Dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka seperti yang mati di atas salib. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu…..” (An Nisa 157),

Lagi sabda Allah , “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya”. (Al Imran : 54).

 

  1. Yudas sang Pengkhianat

Sebagian orang percaya bahwa telah terjadi pensamaran wajah antara Yesus (Isa) dan murid beliau yang berkhianat yaitu Yudas Iscariot. Hal ini sangat menarik sekali untuk diteliti bahwa apakah benar Allah telah merubah sedemikian rupa wajah Yudas menjadi wajah Isa? Agak aneh bahwa bagi seorang Kristolog senior seperti Ahmed Deedat sama sekali tidak menyinggung peristiwa ini.

Kita bisa melakukan penyelidikan dari beberapa sudut. Pertama dari keterangan Injil, ke dua dari Al Qur’an, dan ketiga dari sunatullah.

 

Yudas yang telah mengkhianati Nabi Isa a.s.

Memang benar bahwa Yudas telah berkhianat kepada Yesus dengan imbalan 30 keping perak untuk memberitahukan dimana Yesus berada, namun perlu diingat bahwa sejak ditangkapnya Yesus, maka Yesus selalu berada dalam (ditengah-tengah) kawalan tentara Romawi dan orang-orang Yahudi sejak penangkapan, pengadilan, hingga eksekusi. Sehingga jika ada switch face maka tentu akan ada kegemparan dimana ditemukan dua Yesus.

Lagi pula tidak ada keterangan dalam injil atau riwayat dari kalangan Israil bahwa Yesus yang tertangkap itu berteriak-teriak “Aku Yudas!!…Aku Yudas!! Kalian keliru menangkap!!”. Bahkan mengenai Yudas pasca penyaliban diriwayatkan bahwa ia sangat menyesal akan perbuatannya dan mati gantung diri… (Matius 27:5). Mengenai riwayat yang konon berasal dari Injil Barnabas, maka hal ini pun diragukan karena Barnabas sendiri termasuk yang melarikan diri jauh-jauh dari diri Yesus saat peristiwa penangkapan itu terjadi.

Dari sudut sunatullah, setiap Nabi mendapatkan ujian masing-masing yang khas dari Allah. Nabi Ibrahim dibakar, Nabi Yusuf di buang ke sumur, Nabi Yunus dibuang kelautan dan dimakan ikan, bahkan Nabi besar kita (Rasulullah saw) pun demikian, terkepung marabahaya manakala terpojok di dalam sebuah gua sempit sedangkan kaki orang-orang yang ingin membunuhnya nampak di luar gua. Namun semuanya diselamatkan oleh Allah, kesabaran para Nabi dalam menghadapi ujian selalu mendatangkan pertolongan dari Allah, namun tidak pernah Allah menolong dengan cara menggantikan ujian tersebut kepada diri orang lain sehingga bukan sang nabi yang menghadapi ujian namun justru orang lainlah yang mendapatkan ujian tersebut.

Rasulullah saw adalah nabi yang paling banyak mendapatkan marabahaya namun tidak pernah kita mendengar riwayat bahwa Allah telah menolong beliau saw dengan merubah wajah seseorang serupa dengan wajah beliau saw. Pertolongan Allah bekerja dengan cara yang latief (halus) melalui ujian, kesabaran, dan keteguhan dari sang Nabi dan para murid (sahabat)nya.

Seperti para Nabi lainnya, Nabi Isa a.s. pun dianiaya kaumnya

Dari sudut bahasa perkataan syubbiha lahum bukan berarti Nabi Isa disamarkan (diganti) dengan orang lain, hal ini tidak tepat karena sebelum lafad syubbiha tidak disebut nama seseorang yang telah diserupakan dengan nabi Isa, padahal disini ada lafad syubbiha yang majhuwl dan dalamnya ada damir mufrad yang mustatir. Dan menurut hukum nahu damir itu harus terdahulu sebutannya dengan lafad atau makna atau hukum.

Dan apabila nabiul fa’il kata syubbiha disebutkan maka itu akan berarti bahwa Nabi Isa-lah yang diserupakan wajahnya menjadi rupa orang lain, bukan orang lain yang diserupakan menjadi wajah nabi Isa.

Ringkasnya bukanlah rupa beliau yang disamarkan dengan orang lain, melainkan keadaan (kondisi) beliaulah yang diserupakan/samarkan seolah-olah telah mati.

Ringkasnya, riwayat bahwa yang disalib adalah Yudas adalah tidak bersesuaian baik terhadap injil, Al Qur’an, Sunatullah, tata bahasa, maupun sejarah. Dan jika riwayat ini diterapkan maka akan banyak kegelapan akan sejarah Nabi Isa a.s. Oleh karena itulah, orang-orang yang memegang faham ini tidak dapat menemukan jawaban atau hal yang terang benderang mengenai riwayat “perjuangan” suci Nabi Isa a.s. dan argumentasi mereka senantiasa berakhir pada ucapan “wallohu ‘alam”.

 

  1. Ointment of Jesus (Marham/Salep Isa)

“St. Joseph of Arimathea. The Noble Joseph having taken your Most Pure Body down from the Cross, wrapped it in a clean shroud and anointed it with fragrant spices and laid it in a new tomb. But on the third day You arose, granting the world great mercy”

Dengan amat menjaga kerahasiaan misi penyelamatan, Yusuf Arimatea dan Nikodemus juga Magdalena membawa jasad Isa yang telah dibungkus dalam kain kafan menuju ruang kubur (gua) dan meletakan beliau di sana serta menutup pintu kubur dengan batu.

Yusuf dan Nikodemus adalah kaum Essenes yang terpelajar, khususnya dibidang ilmu pengobatan. Merekalah yang merawat dan mengolesi tubuh Yesus dengan salep obat untuk menyembuhkan luka-luka akibat hukuman. Mereka membawa banyak sekali ( 100 Pounds ) rempah-rempah obat myrr dan gaharu untuk diurapi (dilulurkan) ke tubuh Yesus yang terluka (Yohanes 19:39).

Perlulah diperhatikan, apalah gunanya obat rempah ini untuk seorang yang sudah wafat? Bagi seorang Yahudi yang wafat adalah tidak boleh hukumnya disentuh-sentuh apalagi dilulur, menurut adat Yahudi haruslah jenazah dikuburkan apa adanya. Namun para murid rahasia Yesus benar-benar mengetahui bahwa beliau masih hidup bahkan mereka sendiri yang menurunkan tubuh Yesus dari tiang salib, jadi hal ini memang menunjukan telah dipersiapkannya suatu rencana rahasia oleh para sahabat (murid) rahasia Yesus untuk menyelamatkan Yesus.

Oinment of Jesus alias Marham Isa (salep Isa) sangat mahsyur, mengenai salep obat ini banyak sekali pustaka pengobatan kuno baik yang berbahasa Ibrani, Persia, Yunani, dan Arab yang memuat perihal salep yang memiliki daya sembuh atas luka ini, dan diakui bahwa riwayat salep ini adalah pada awalnya untuk mengobati luka-luka Yesus/Isa a.s.

Mengenai Marham Isa ini, terdapat di Kitab Kuno Qanun, karya Bapak Kedokteran Abu Sina (Aviciena) dan banyak lagi (bisa dilihat langsung di www.tombofjesus.com/Ointment.htm ).

Berikut adalah daftar Kitab yang menulis tentang Salep/Marham Isa :

Qanun, by Shaikh-ul-Rais Bu Ali Sina, Vol. III, page 133.

Sharah Qanun, by Allama Qutb-ud-Din Shirazi, Vol. III.

Kamil-us-Sanaat, by Ali Bin-al-Abbas Al-Majoosi, Vol. III, page 602.

Kitab Majmua-i-Baqai, Muhammad Ismail, Mukhatif az Khaqan by Khitab pidar Mohammad Baqa Khan, Vol. II, page 497.

Kitab Tazkara-i-Ul-ul-Albab, by Shaikh Daud-ul-Zareer-ul-Antaki, page 303.

Qarabadin-i-Rumi, compiled about the time of Jesus and translated in the reign of Mamun al-Rashid into Arabic, see Skin Diseases.

Umdat-ul-Muhtaj, by Ahmad Bin Hasan al-Rashidi al-Hakim. [Ghulam Ahmad says: “In this book, Marham-i-Isa, and other preparations have been noted from a hundred, perhaps more than a hundred books, all these books being in French.”]

Qarabadin, in Persian, by Hakim Muhammad Akbar Arzani — Skin Diseases. Shifa-ul-Asqam, Vol. II, page 230.

Mirat-ush-Shafa, by Hakim Natho Shah — (manuscript) Skin Diseases. Zakhira-i-Khawarazm Shahi, Skin Diseases.

Sharah Qanun Gilani, Vol. III.

Sharah Qanun Qarshi, Vol. III.

Qarabadin, by Ulwi Khan, Skin Diseases.

Ilaj-ul-Amraz, by Hakim Muhammad Sharif Khan Sahib, page 893.

Qarabadin, Unani, Skin Diseases.

Tuhfat ul-Momineen, on the margin of Makhzan-ul-Adwiya, page 713.

Muhit Fi-Tibb, page 367.

Aksir-i-Azam, Vol. IV, by Hakim Muhammad Azam Khan Sahib

Al Mukhatab ba Nazim-i-Jahan, page 331.

Qarabadin, by Masumi-ul-Masum bin Karam-ud-Din Al-Shustri Shirazi. Ijala-i-Nafiah, Muhammad Sharif Dehlavi, page 410.

Tibb-i-Shibri, otherwise known as Lawami Shibriyya, Syed Hussain Shibr Kazimi, page 471.

Makhzan-i-Sulaimani, translation of Aksir Arabi, page 599, by Muhammad Shams-ud-Din Sahib of Bahawalpur.

Shifa-ul-Amraz, translated by Maulana Al-Hakim Muhammad Noor Karim, 282.

Kitab Al-Tibb Dara Shakohi, by Nur-ud-Din-Muhammad Abdul Hakim, Ain-ul-Mulk Al-Shirazi, page 360.

Minhaj-ud-Dukan ba Dastoor-ul-Aayan fi Aamal wa Tarkib al-Nafiah lil-Abdan, by Aflatoon-i-Zamana wa Rais-i-Awana Abdul-Mina Ibn Abi Nasr-ul-Atta Al Israili Al-Harooni (i.e., Jew), page 86.

Zubdat-ul-Tabb, by Syed-ul-Imam Abu Ibrahim Ismail bin Hasan-ul-Husaini Al-Jarjani, page 182.

Tibb-i-Akbar, by Muhammad Akbar Arzani, page 242.

Mizan-ul-Tibb, by Muhammad Akbar Arzani, page 152.

Sadidi, by Rais-ul-Mutakalimin Imamul Mohaqq-i-qin Al-Sadid-ul-Kazrooni, Vol. II, page 283.

Hadi Kabir, by Ibn-i-Zakariya, Skin Diseases.

Qarabadin, by Ibn-i-Talmiz, Skin Diseases. Qarabadin, by Ibn-i-Abi Sadiq, Skin Diseases.

Demikianlah Jasad Yesus yang telah dilulur oleh obat rempah ditidurkan di dalam ruang kubur (gua) dan berada dalam perawatan dari murid-murid rahasia beliau.

  1. Yesus bangkit = Tanda Nabi Yunus a.s.

Seperti kita ketahui bersama bahwa Isa a.s. diturunkan dari tiang salib pada Jum’at petang dan diselamatkan serta dimasukan ke dalam gua kubur oleh para murid rahasia beliau sekitar jum’at malam (malam sabtu), dan sejak itu mendapatkan perawatan secara rahasia dari para murid-murid beliau dari golongan Essene.

Pada hari minggu pagi Maria Magdalena berjalan sendirian menuju kubur gua Isa (Markus 16 : 9 dan Yohanes 20 :1). Untuk apa Maria pergi ke sana? Jawabannya adalah untuk meng-urapi (melulur, meminyaki) Isa (Markus 16 : 1). Meminyaki dalam bahasa Yahudi disebut “Masaha” artinya mengusap, memijati. Jika Yesus dipercaya telah wafat, maka apa gunanya memijit/mengusap jenazah? Apa gunanya memijat tubuh mayat yang sudah mengalami proses pembusukan? Jadi hal ini membuktikan bahwa Isa a.s. memang hidup manakala diturunkan dari tiang salib dan oleh para murid rahasia beliau dirawat dengan berbagai rempah obat. Jadi Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus adalah untuk mengobati tubuh beliau.

Manakala Maria tiba dikuburan, dia terkejut karena melihat batu penutup pintu kubur sudah bergeser (terbuka), dan di dalam gua kubur tubuh Yesus sudah tiada. Beliau bertanya dalam hati siapa gerangan yang telah menggeser batu? Orang Nasrani percaya bahwa Yesus telah bangkit dari matinya. Perlu ditanyakan, untuk apa hantu yang bangkit dari matinya menggeser batu, karena bagi ruh, spirit, atau hantu dia dapat bergerak melintasi materi apapun tanpa hambatan, jadi kenapa spirit harus menggeser batu? Jadi inilah kesalahan orang Nasrani yang menganggap Yesus wafat di salib (untuk menebus dosa) dan bangkit dari matinya. Yang sebenarnya adalah Yesus (Isa) sembuh dan siuman serta bangun dan berjalan ke luar kubur, sudah barang tentu sebagai manusia biasa dia harus menggeser batu untuk dapat keluar dari gua kubur.

Perhatikanlah, peristiwa ini adalah penggenapan atas apa yang telah dikatakan oleh Yesus (Isa) jauh sebelum peristiwa penyaliban. Manakala orang-orang Yahudi tetap tidak mau mengerti dan menerima misi kerasulan beliau, dan orang-orang Yahudi itu tetap meminta tanda-tanda ajaib kepada Yesus. Yesus menjawab : “Apabila orang banyak datang berkerumun kepadanya, mulailah Yesus bertutur demikian : “Adapun bangsa ini ialah suatu bangsa yang jahat; ia menuntut suatu tanda ajaib, tetapi tiadalah akan diberi tanda lain padanya, melainkan tanda ajaib Nabi Yunus. Karena sama seperti Yunus menjadi suatu tanda ajaib kepada orang Ninewe, sedemikian juga anak manusia kepada bangsa ini”. (Lukas 11 :29-30).

“Karena sama seperti Yunus di dalam perut ikan raya tiga malam lamanya, demikian anak manusia akan ada di dalam hati bumi kelak tiga hari tiga malam lamanya” (Matius 12:40)

Perlu sangat diperhatikan bahwa Yesus menyebut dirinya ANAK MANUSIA, jadi sangat aneh kalau orang Nasrani menganggap beliau sebagai putera Allah.

Jadi bagi orang Yahudi tiada tanda ajaib akan diberikan kecuali tanda ajaib yang seperti mukjizat Nabi Yunus. Bagaimanakah tanda ajaib Nabi Yunus itu? Seperti kita ketahui bahwa Nabi Yunus diutus oleh Allah, dan seperti yang terdapat dalam riwayat Al Qur’an dan Injil bahwa Nabi Yunus berlayar dengan sebuah kapal, ditengah Samudera datang badai dan orang-orang dikapal percaya bahwa untuk membuang sial maka harus ada satu orang yang dilemparkan kelaut.

Singkat cerita Nabi Yunus-lah yang dilemparkan ke laut dalam kondisi HIDUP. Dan di laut Nabi Yunus ditelan oleh Ikan Paus dan masuk ke dalam perut Ikan, apakah beliau mati? Tidak! Karena di dalam perut ikan Nabi Yunus berdo’a, apakah orang yang telah mati perlu berdo’a mohon selamat? tentu tidak. Setelah tiga hari tiga malam di dalam perut Ikan, maka Ikan itu memuntahkan keluar Nabi Yunus dari dalam perutnya, apakah dalam keadaan mati? tidak! beliau tetap HIDUP, dan beliau menemui orang Ninewe dan mereka pun menerima Nabi Yunus.

Jadi perhatikanlah tanda ajaib Nabi Yunus a.s. beliau di hukum dalam keadaan HIDUP (tidak diganti oleh orang lain), di dalam perut ikan dalam keadaan HIDUP, dan keluar dari perut ikan dalam keadaan HIDUP. Inilah tanda ajaib (mukjizat) yang sama yang akan di alami Yesus (Isa), Yesus dihukum dalam keadaan HIDUP (tidak digantikan oleh orang lain), beliau di masukan ke dalam perut bumi (gua kubur) dalam keadaan HIDUP, dan beliau siuman dari pingsan dan keluar dari perut bumi (gua kubur) dalam keadaan HIDUP.

Dan sebagaimana Nabi Yunus a.s. menemui umat beliau di Ninewe dan mereka menerima beliau, demikian juga Nabi Isa menemui murid beliau dan mencari domba-domba (suku/tribes) Israil yang tersesat di luar kandang (pada saat zaman Yesus lahir hanya ada 2 suku Israil di Yerusalem sedang ke -10 suku Israil yang lain berada di negeri-negeri di luar Yerusalem). Mengenai hal ini akan saya jelaskan pada tulisan yang lain.

Sampai di sini gugurlah sudah modal orang Nasrani yang mempercayai Yesus (harus) mati di tiang salib untuk menebus dosa-dosa, dan bangkit lagi dari matinya.

  1. Menemui Murid-murid & menunjukan luka-luka

Seperti telah saya jelaskan bahwa Maria Magdalena yang datang bermaksud untuk merawat Isa terkejut karena melihat pintu batu gua telah bergeser dan mendapati Isa sudah tidak ada di dalamnya.

Isa tidak pergi kemana-mana, ia masih ada disekitar pekuburan itu (dengan menyamar sebagai tukang kebun) dan melihat Maria Magdalena yang kebingungan. Beliau menghampiri dari belakang dan berkata, “Ibu mengapa engkau menangis, siapa yang engkau cari?” (Yohanes 20 : 15).

Maria Magdalena tidak mengenali Yesus yang menyamar sebagai tukang kebun itu, “Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepadanya” (Yohanes 20:15).

Mengapa Yesus harus menyamar? Karena beliau mengetahui jika orang Yahudi mengetahui keberadaannya maka mereka akan menangkap kembali dan mencoba membunuhnya lagi. Bagi seseorang yang telah mati, untuk apa takut mati lagi? Ini adalah alasan sangat logis bahwa Yesus/Isa memang tidak terbunuh di tiang salib, dan belum wafat.

Yesus sendiri mengatakan bahwa bagi seseorang hanya akan mengalami satu kematian bukan dua, “dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” ( Ibrani 9:27).

Maria masih tidak mengenali Yesus sampai Yesus menyebut namanya, barulah ia mengenal (dari cara Yesus menyebut namanya) bahwa tukang kebun ini rupanya gurunya, gembira-lah dia dan langsung ingin merangkul gurunya. Namun Isa a.s. berkata, “Janganlah engkau memegang aku”. (Yohanes 20:17).

Kenapa Maria tidak boleh menyentuhnya? Pertama karena tubuh beliau meski sudah pulih tentu masih mengalami nyeri, dan kedua beliau tidak ingin ada orang lain yang mencurigai penyamarannya. Dan Yesus menjelaskan kepada Maria bahwa beliau bukanlah hantu atau ruh namun beliau masih manusia yang hidup, beliau berkata, “Sebab aku belum pergi kepada Bapa” (Yohanes 20:17). Maksud Yesus tak lain adalah Saya belum wafat, saya belum ke alam baqa, atau saya masih hidup.

Lalu Isa pergi dan ditengah perjalanan ia bertemu dengan dua orang muridnya yang sedang menuju Emmaus. Dihampirinya mereka oleh Isa dan mereka berjalan bersama-sama sambil bercakap-cakap. Selama perjalanan ke dua murid Yesus ini tidak mengenali Yesus, sampai ketika mereka makan bersama dimana kedua murid Isa mengajak Isa untuk turut serta makan bersama. “Waktu ia duduk makan dengan mereka, ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya, dan memberikan kepada mereka” (Lukas 24:30).

Dari cara Isa mengucapkan berkat dan membagikan makanan barulah tersadar ke dua murid Isa bahwa yang selama ini ada bersama mereka adalah guru mereka, namun manakala mereka menyadari hal ini Isa a.s. telah berlalu dan pergi meninggalkan mereka.

Kedua murid Isa menceritakan hal ini kepada murid-murid yang lain namun tentunya tidak seorang pun mempercayai ini, karena bagi mereka guru mereka telah wafat (perlu diingat bahwa murid-murid beliau tidak ada yang berada dekat beliau dan menyaksikan hukuman tiang salib yang beliau jalani). “Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya”. (Markus 16:13)

Singkat cerita, Isa menemui murid-murid beliau, “Datanglah Yesus dan berdiri ditengah-tengah mereka”(Yohanes 20:19). Kaum Kristiani percaya bahwa Yesus muncul secara tiba-tiba ditengah murid-murid (seperti awak film Star Trek), kenapa mereka mempercayai hal ini? Karena umat Kristiani mempercayai bahwa Yesus bukan manusia dan bisa melakukan hal-hal yang ajaib. Padahal hal ini tidak benar, kata “datanglah” itu sendiri menunjukan bahwa Isa tidak muncul tiba-tiba, layaknya seperti ketika anda berkata ,”Ayah datang”. Apakah ayah anda muncul tiba-tiba (seperti awak Star Trek)? Yang benar adalah, anda melihat ayah anda datang berjalan menghampiri anda.

Namun dikarenakan khabar yang mereka dengar selama ini adalah Isa telah meninggal, maka mereka tetap menunjukan ekspresi wajah terkejut, dan takut. Oleh karena itu Isa berkata, “Kata Yesus kepada mereka,”Damai sejahtera bagi kamu tetapi mereka terkejut dan takut” (Lukas 24: 36-37). Lihatlah rekasi yang berbeda antara Maria Magdalena dengan para murid Isa manakala melihat gurunya, kenapa? Maria Magdalena bergembira melihat gurunya itu karena memang sedari awal ia mengetahui bahwa gurunya tidak wafat, dan dia setia merawat sang guru. Sedangkan para murid Isa ini mendengar khabar bahwa gurunya telah wafat karena mereka meninggalkan gurunya, bahkan sekarang mereka menyangka Isa sebagai hantu, “mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu”(Lukas 24:37).

Melihat para murid beliau nampak “pucat” karena takut, maka beliau pun menjelaskan bahwa beliau bukan hantu namun manusia yang terdiri dari darah, daging, dan tulang bahkan beliau menunjukan dan menyuruh murid beliau untuk menyentuh bagian-bagian tubuh beliau yang terdapat bekas luka. “Lalu Yesus bertanya kepada mereka itu: “Apakah sebabnya kamu terkejut? Dan apakah timbul wasangka di dalam hati kamu?” Tengoklah tanganku dan kakiku, inilah aku sendiri. Jamahlah aku, dan lihatlah, karena hantu tiada berdaging dan tulang seperti yang kamu lihat ada padaku”

Setelah ia berkata demikian, ditunjukannya kepada mereka itu tangannya dan kakinya” (Lukas 24:38-40)

“Lalu ia pun bersabda kepada Tomas : “Ulurkanlah jarimu, lihatlah tanganku, dan ulurkanlah tanganmu serta letakan di rusuk-ku, dan janganlah engkau syak, melainkan yakinlah” (Yahya 20:27)

Demikianlah Nabi Suci Isa a.s. telah menemui para murid beliau dan menjelaskan kepada mereka bahwa beliau hidup dan lolos dari kematian terkutuk di tiang salib. Allahu Akbar.. Allah Maha Kuasa menolong hamba-Nya.

Meski demikian kondisi beliau belumlah sepenuhnya aman, karena jika keberadaan beliau diketahui oleh kaum Yahudi maka tentu mereka akan mencoba untuk membunuh beliau lagi. Lalu bagaimanakah kisah perjuangan suci beliau a.s. dalam melaksanakan misi kerasulan beliau selanjutnya?

 

  1. Kemanakah domba-domba Israil yang hilang?

Sebelum kita lanjutkan perjalan kita menelusuri perjuangan suci Nabi Allah Isa a.s. maka ada baiknya kita kembali mengingat kepada siapakah Nabi Isa a.s. diutus. Dalam Al Qur’an Allah bersabda : “Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata, “Hai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu (Bangsa Yahudi)”. (Ash Shaff :6).

Seperti yang dikisahkan dalam Al Qur’an bahwa bangsa Israil terdiri dari 12 suku dan hanya untuk 12 suku (domba) Israil inilah beliau a.s. diutus dan tidak untuk semua bangsa (kaum). Jadi alangkah anehnya, jika ada yang berfaham bahwa Nabi Isa dari Israil ini, akan turun kembali pada akhir zaman untuk semua umat manusia.

“Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar” (Al A’raaf 160).

“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israil”. (Matius 15:5-6).

Mengapa Nabi Isa a.s. menyebut domba-domba Israil yang “hilang”? Nampaknya ini bukan kata yang tiada makna. Jadi haruslah kita membuka kembali lembaran sejarah dan arkeologis bangsa Yahudi. Tanpa berpandukan kepada fakta sejarah, maka kita akan tersesat dengan sendirinya.

  1. Sejarah Bangsa Israil

Kerajaan Israil berdiri tahun 1020 SM. Di pimpin oleh tiga orang raja-nya, yaitu :

  1. Saul (1020 SM – 1000 SM)
  2. Daud / David (1000 SM – 961 SM)
  3. Sulaiman / Solomo (961 SM – 922 SM)

Namun sejak sepeninggalan Nabi Sulaiman, kerajaan Israil terpecah menjadi dua, yaitu kerajaan Israil Utara (Samaria) dan kerajaan Israil Selatan (Yudea-Yerusalem).

Kerajaan Israil Utara terdiri dari 10 suku Israil, yaitu :

  1. Ruben
  2. Simeon
  3. Lewi
  4. Isakhar
  5. Zebulon
  6. Dan
  7. Yusuf
  8. Naftali
  9. Gad
  10. Asyer

Dipimpin oleh raja pertamanya yaitu Jerobeam (922 SM-901 SM), dan raja terakhirnya Hosea (732 SM-724 SM).

Kerajaan Israil Selatan (Yerusalem) terdiri dari 2 suku, yaitu :

  1. Yehuda
  2. Benjamin

Dipimpin oleh raja pertamanya, Rehobeam (922 SM – 915 SM), dan raja terakhirnya Zedekia (597 SM-587 SM).

11.1 Bani Israil di Era Assyria

“After many years of paying heavy levies, Israel and Judea as well as Damascus (in modern Syria) openly rebelled against the Assyrians by refusing to pay. The Assyrians, under King Tiglath Pilerser III, who ascenden the thorne in 744 B.C.E., respondedn militarily. They set siege to Damascus and killed its King, Rezin.”

“As for the northern kingdom of Israel, Tiglath Pileser annexed the Golan, the Galilee, and the Jezreel valley outright. Large portion of the Israelite population were exiled from Israel and replaced by settlers from Syria and Mesopotamia”

“…King Hosea (Israel) signed a pact with Egypt in 727 B.C.E. assuring their alliance against the Assyrians. When Hoshea refused to pay tribute to Tighlat Pileser’s successor, Shalmanesar V, the Asyrians attacked. By 722 B.C.E., the Asyrians destroyed the northern Kingdom of Israel and captured its Capital at Samaria.” (http://www.jewishhistory.com)

Pada tahun 722 SM, Kerajaan Asyria, yang saat itu dipimpin oleh Raja Shalmanesar V menyerbu dan menaklukan kerajaan Israil Utara yang saat itu di pimpin oleh Raja Hosea (Raja terakhir Israil Utara). Oleh Raja Assyiria ke 10 suku Israil yang tinggal di tawan dan di bawa keluar tanah air mereka menuju Assyiria.

Diceritakan dalam Kitab Nabi Edras (Nabi Idris a.s), bahwa 10 suku Israil ini melarikan diri dari Syiria namun tidak menuju ke tanah air mereka, namun bermigrasi ke timur jauh ke suatu negeri yang bernama Asareth (Nazara atau Azara). Sehingga sejak tahun 721 SM, di Samaria sudah tidak terdapat satu pun suku Israil.

11.2 Israil pada Era Babylonia

“By the seventh century B.C.E., Assyrian supremacy over the Near East began to wane. In 612 B.C.E., the Babylonian King, Nabopolassar, overthrew Assyrian domination and laid claim to its lands, including Judea”.

“Nebuchadbezzar II, the son of Nabopolassar, ascended the throne in 605 B.C.E.,and Judea was subjugated as a vassal state. When in ca. 598 B.C.E., King Jehoiachin of Judea refused to pay tribute, Nebuchadnezzar responded with military force. He captured Jerusalem in 597 and banished Jehoiachin to Babylon with 10.000 other Judeans, among whom was the prophet Ezekiel.

“After Jehoiachin’s exile, Nebuchadnezzar replaced him with Zedekiah, whom he considered more cooperative with Babylonian policies imposed in the region. Nebuchadnezzar’s own chronicle of the battle for Jerusalem from ca. 597 B.C.E. provides a historical record of the siege of Jerusalem. In it, he details how he “encamped against the city of Judah (Jerusalem) and on the second day of Adar, he seized the city and seized the king.”

“When a new Jewish king several years later rebelled against Nebuchadnezzar, the Babylonians ransacked Jerusalem, destroyed the Temple, and deported the majority of the remaining population to Babylon in 586 B.C.E.

“Unlike the Assyrian deportation of Israelites from the northern kingdom of Israel in 722 B.C.E. that resulted in the lost ten tribes through assimilation into Assyrian culture, the deported Judeans formed their own community in Babylon and retained their religion and practices…”

“By the late 7th century, babylonia and Egypt ere caught up in a power struggle. In 601 B.C.E. Nebuchadnezar’s armies attacked Egypt, an event that led to the revolt of Jehoiakim, King of Judea, against Babylon. The Judean King and his ministers were pro-Egyptian, and against the warning of the prophet Jeremiah, they aligned themselves with Paraoh Necho of Egypt. In 597 B.C.E., however, Babylonian armies marched into Judea and besieged Jerusalem. Jehoiakim died and his son Jehoiachin became King.”

“Soon thereafter, Babylonian forces entered Jerusalem and the young Jehoiachin was exiled to Babylon with 10.000 subjects. A Babylonian ration list suggest King Jehoiachin and his family were treated well while in captivity. The Babylonians anointed Jehoiachin’s uncle Zedekiah, as King. Subsequently, King Zedekiah began to wothhold the requisite payments of tribute to the Babylonians, and nebuchadnezzar sent his forces once more into Jerusalem in 587 B.C.E. This time Jerusalem was captured, the Temple was destroyed and large portion of the population were deported to Babylon“. (http://www.jewishhistory.com)

Pada tahun 603 SM, dominasi kekuatan Assyiria direbut oleh kerajaan Babylonia. Dan pada tahun 587 SM, Yerusalem dihancurkan oleh raja Nebukadnezar. Dan seperti Raja Assyiria, Raja Nebukadnezar pun menawan dan membawa keluar 2 suku Bani Israil yang ada di Yesrusalem ke Babylonia, Media (Persia), dan Ghaur (kawasan pegunungan Afghanistan).

11.3 Israil pada Era Persia

“The conquest of Babylon by Cyrus, the King of Persia, was a turning-point in the history of the Jewish people. Cyrus’ policy of religious tolerance was manifested in the return of the various people exiled by the Babylonians to the countries of their origin. By decree, which was recorded on the Cyrus Cylinder of ca. 538 B.C.E., Cyrus permitted the return of the Jews to Judea and the right to rebuild the holy Temple. Under Persian rule from 538-332 B.C.E., the Jews enjoyed a large degree of political autonomy and religious freedom. In fact, silver coins from ca. 350 B.C.E. attest to prestige of the Judea province within the Persian Empire.” (http://www.jewishhistory.com)

an pada periode 538 SM – 332 SM Kekuatan Babylonia direbut oleh Kerajaan Persia oleh Raja Cyrus dan pada era tersebut ke 2 suku Bani Israil kembali menuju tanah air mereka di Yerusalem.

Dari fakta sejarah ini dapatlah kita ketahui bahwa hanya ada dua “domba” yang tinggal di kandang, sementara 10 “domba” Israil yang lain tersebar di negeri-negeri Timur sepanjang Syam (Syiria), Persia, Afghanistan, kasymir (Hindustan Utara), bahkan hingga Tibet (perbatasan Cina).

Sekarang, sudilah pembaca yang budiman, merenungkan kembali misi kerasulan Yesus (Isa) a.s. bahwa beliau ditugaskan untuk seluruh 12 suku Israil. Sedangkan kita mengetahui bahwa semenjak beliau lahir sampai dengan beliau di hukum di tiang salib beliau selalu berada di Yerusalem (Israil).

Itu artinya selama periode itu Nabi Isa a.s. baru menyampaikan tugas risalah beliau kepada 2 suku Israil. Lalu jika beliau naik ke langit (-seperti yang diyakini oleh kaum nasrani dan sebagian kaum muslim-), maka bagaimana beliau bisa merampungkan tugas kerasulan beliau? Bagaimana beliau mempertanggung jawabkannya kepada Allah? Apakah Allah akan membiarkan 10 suku Israil yang lain tanpa bimbingan Nabi nya selama 2000 tahun lebih?

Jadi inilah misteri fakta sejarah yang selama ini ditutup-tutupi, demi menyebarkan pemahaman bahwa Isa a.s. naik ke langit, demi mendukung bahwa Yesus anak Allah yang naik ke syurga. Namun di sisi lain hal ini membuktikan bahwa beliau a.s. memang pergi secara diam-diam meninggalkan Yerusalem untuk mencari domba-domba Israil yang ada di negeri-negeri timur.

  1. Jejak Bangsa Israil di negeri-negeri Timur (Fakta Sejarah)
Jejak exodus Bani Israil, mengembara hingga Asia Tengah

Dalam Matius 2:2, dikatakan bahwa, Bintang yang menjadi tanda lahirnya Isa a.s. nampak di Timur, dan orang-orang Bijak dari negeri-negeri Timur yang mengerti akan tanda bintang ini, melakukan perjalanan jauh ke arah bintang di barat, dimana terdapat negeri kelahiran Isa a.s. (Nazareth).

Orang-orang dari negeri timur manakah yang mengerti akan tanda bintang mengenai kelahiran seorang Nabi Israil? Apakah sembarang orang timur? Ataukah orang-orang Israil yang menetap di negeri-negeri timur? Hanya orang-orang Israil-lah yang mengerti dan menunggu-nunggu tanda-tanda yang ada dalam nubuatan Israil.

Jadi, hal ini sendiri sudah membuktikan, bahwa bintang tanda kelahiran seorang Nabi Israil, juga nampak dan ditampakan oleh Allah kepada bangsa-bangsa Israil yang berada di negeri timur nun jauh.

Beberapa Bangsa di timur yang mana terdapat jejak bangsa Israil antara lain:

12.1. Jejak Israil pada Bangsa Chazar

Berdasarkan penilitian arkeologi, bangsa ini terbentuk dari asimilasi suku asli setempat yaitu, suku Turki Kuno, dengan suku pendatang, yaitu Yahudi. Suku ini menempati kawasan di Asia Barat.

A people of Turkish origin whose life and history are interwoven with the very beginnings of the history of the Jews of Russia. The kingdom of the Chazars was firmly established in most of South Russia long before the foundation of the Russian monarchy by the Varangians (855). Jews have lived on the shores of the Black and Caspian seas since the first centuries of the common era. Historical evidence points to the region of the Ural as the home of the Chazars. Among the classical writers of the Middle Ages they were known as the “Chozars,” “Khazirs,” “Akatzirs,” and “Akatirs,” and in the Russian chronicles as “Khwalisses” and “Ugry Byelyye.” (http://www.jewishencyclopedia.com)

12.2. Jejak Bani Israil di Asia Tengah (Samarkand & Bukhara)

“The beginning of a Jewish settlement in the area around Bukhara may go back as far as the 7th century BCE when the Jews were exiled by the Assyrians (II Kings 17:6). It is to this date that the Bukharan Jews themselves trace their heritage…”

 

“Bukharan Jews have traditionally maintained that Bukhara is the Hador mentioned in the Bible (Second Kings 17:6) to which Assyria exiled the ten lost tribes of Israel during the seventh century B.C.E.”

“When Cyrus the Great, king of Persia, conquered the Babylonians in 538 B.C.E., he issued an edict allowing Jews in exile to go home to Jerusalem. Some did, but many elected to remain in Persia, a land which must have seemed more hospitable than the rocky, arid wasteland of Judaea.”

The Book of Esdras (Apocypha) recount that a large number of Persian Jews migrated east around this time to a place called Asareth. Biblical scholars may not concur on the exact location of Asareth, but they do agree that the book of Edras was written between 150 and 50 B.C.E., about the same time as the book of Daniel.”

Jelas, bahwa 10 suku Bani Israil, setelah pengusiran dari tanah air mereka, telah mengembara hingga Asia Tengah (Samarkand & Bukhara). Dan juga meneruskan perjalanan ke Timur menuju Persia, Afghanistan, bahkan sampai ke India dan Tibet. Meski kini mayoritas penduduk Samarkand dan Bukhara memeluk Islam, namun masih ada sekelompok minoritas penduduknya yang tetap memeluk agama Yahudi.

12.3. Jejak Bani israil pada Bangsa Afghan

Kesaksian sejarah dari Kitab Sejarah Islam antara lain :

Dalam Kitab Tabqat e Nasri yang mencantumkan penaklukan Afghanistan oleh Jengis Khan, di dalamnya tertulis bahwa pada zaman Dinasti Syabnisi, di sana tinggal suatu kaum yang disebut Bani Israil, sebagian dari mereka adalah Saudagar. Orang-orang ini pada tahun 622 M (pada zaman Rasulullah saw) menetap di kawasan Herat. Sahabat Khalid ibn Walid r.a. datang menemui mereka dan menyeru mereka kepada Islam.

Lima atau enam kepala suku mereka ikut serta dengan Khalid menemui Rasulullah saw, diantar kepala suku tersebut adalah Qes (Kish/Kisy). Orang-orang ini akhirnya menerima Islam dan ikut bertempur bersama Rasulullah saw. Rasulullah memberi nama baru kepada Qes yaitu Abdul Rasyid dan memberikan nama julukan dengan nama dari Ibrani yaitu Pathan.

Herat, salah satu kota tua di Afghanistan

Dalam Kitab Majma’ul Ansab, Mullah Khuda Dad menulis, bahwa Putra sulung Yakub adalah Yehuda, putra Yehuda adalah Usrak, putra Usrak adalah Aknur, Puta Aknur adalah Ma’alib, putra Ma’alib adalah Farlai, putra Farlai adalah Qes, putra Qes adalah Thalut, putra Thalut adalah Armea, dan putra Armea adalah Afghan dan anak keturunannya adalah bangsa Afghan. Afghan hidup sezaman dengan Nebukadnezar.

Generasi keturunan ke-34 dari Afghan barulah lahir Qes yang hidup sezaman dengan Rasulullah saw yang kemudian memeluk Islam. (Termuat dalam buku A Nature of a Visit to Ghazni, Kabul, and Afghanistan, by G.T. Vigne – 1840).

Dalam Kitab sejarah Makhzan e Afghani oleh Khawaja Ni’matullah Herati yang ditulis pada tahun 1018 Hijriah, diterjemahkan oleh Prof. Bernhard Doran dari Kharqui University, terbitan London tahun 1836, kita dapati bahwa Bangsa Afghan bernenek moyang kepada Israil yaitu kepada Raja Thalut (Saul) dari putranya Armea (Armiya). Ditulis pula bahwa Nebukadnezar telah membuang bangsa Bani Israil ini ke kawasan pegunungan di Ghaur, Ghazni, Herat, Kabul, Khandar (Khandahar), dan Koh Firoz.

Kesaksian sejarah dari para Peneliti Sejarah lain :

Rabi Ben Yamin dari Toledo (Spanyol) yang pada abad ke-12 melakukan ekspedisi pencarian suku-suku Israil yang hilang, dia menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah menetap di Cina, Iran, dan Tibet.

Josephus yang menulis sejarah kuno orang Yahudi pada tahun 93 Masehi, di dalam jilid 11 bukunya menjelaskan tentang kaum Yahudi yang kembali dari penawanan bersama Nabi Ezra. Dia menjelaskan bahwa 10 suku sampai saat ini berdiam di seberang timur sungai Euphrat (Persia), dan jumlah mereka sangat banyak.

Santo Jerome yang hidup pada abad ke 5 Masehi menjelaskan bahwa pada zaman Nabi Hosea 10 suku bani Israil masih berada sebagai tawanan Raja Pathryia.

Count Juan Steram menulis, bahwa orang-orang Afghan mengaku, bahwa Nebukadnezar membuang mereka ke kawasan Ghaur (Afghanistan) setelah kejatuhan Yerusalem.

Dalam buku Histrory of Afganistan oleh L.P. Ferrier, yang diterjemahkan oleh Capt. W.M. Jasse, terbitan London 1858. Tertulis sebuah riwayat bahwa tatkala Nadir Syah tiba di Peshawar untuk menaklukan Hindustan, maka para tokoh suku Yusuf Zai mempersembahkan kepadanya sebuah Bibel yang bertuliskan bahasa Ibrani dan juga beberapa barang perabotan dari suku mereka yang dipergunakan untuk menjalankan ritual agama kuno mereka.

Ikut dalam perkemahan Nadir Syah beberapa orang Yahudi, manakala Nadir Syah memperlihatkan barang-barang tersebut kepada orang Yahudi maka seketika itu pula mereka mengenali barang-barang tersebut sebagai barang-barang orang Yahudi.

Singkatnya, fakta dari Kitab-kitab sejarah, arkeologi, dan anthropologi telah membuktikan dengan terang benderang bahwa bangsa-bangsa yang menempati kawasan negeri Afghanistan adalah berasal dari bani Israil, bahkan orang Afghan sendiri mengakui bahwa mereka ada Bene (Bani) Israil.

Suku-suku Bani Israil di Afghanistan saat ini telah memeluk agama Islam, namun mereka menganggap diri mereka sebagai bani Israil (keturunan Israil) dari anak keturunan Kish, keturunan Raja Saul.

Beberapa Tradisi Bangsa Pathan yang sama dengan tradisi Israil seperti menyunat anak usia 8 hari, berpakaian model Tizzit, menyalakan lilin pada jum’at malam, bangsa pria pasthun bertradisi menikahi janda kakak ipar yang belum memiliki anak (sama seperti Israil – Ulangan 25: 5-6).

12.4. Jejak Israil pada Bangsa Kasymir (India Utara)

Kashmir terletak di India Utara dan Barat Nepal. Meski demikian penampilan fisik mereka berbeda dengan orang India pada umumnya. Orang Kashmir pun menganggap diri mereka sebagai Bene Israil (keturunan Israil). Daerah-daerah di Kashmir pun dinamakan sama dan mirip dengan daerah-daerah di

Nama tempat-tempat di Kasymir Nama tempat-tempat di Israil

Kabul Kabul

Punch Punisia

Zaida Zaidan

Hamasy Himas

Gilget Golgota

Tibet Tibet

Lhasa Lasya

Leddha Laddha

Suret Syur

Skit Sihi

Bahkan kata Kasymir itu sendiri berasal dari “ka” (mirip) dan “seir”, dimana Seir adalah salah satu kota di Israil. Ingat juga dalam Injil dikatakan bahwa Musa muncul dari Tursina dan Isa muncul dari Seir. Orang Kasymir menghormati hari sabath, menyunat anak pada usia 8 bulan, dan merayakan beberapa hari raya Israil.

Dr. Bernier dalam bukunya Travel in The Moghul Empire menulis : “Yakni, tidak diragukan lagi bahwa orang-orang Kashmir adalah Bani Israil. Dan pakaian mereka, wajah mereka, serta beberapa tradisi mereka secara telak menyatakan bahwa mereka berasal dari rumpun keluarga Bani Israil.

Dalam buku Dictionary of Geography oleh A.K. Johnston, pada halaman 250, tentang kata Kashimiri tertulis: “Penduduknya berpostur tinggi, kekar, gagah. Dan kaum wanitanya manis, cantik, berhidung bengkok, rupa dan penampilan mereka betul-betul menyerupai orang-orang Yahudi (-tidak menyerupai bangsa Hindustan pada umumnya-).

Peneliti Francis Burnear menulis dalam jurnal perjalanannya : “Setelah turun naik mendaki pegunungan Pire Panjale dan menginjak daerah Kashmir, yang teristimewa mengagetkan saya ialah persamaan penduduk negeri itu dengan orang Yahudi…..”

Sir Walter Lawrence 1895. p. 315 dalam buku The Valley of Kashmir menulis : “Kebanyakan roman muka mereka sebagai Ibrani”. Orang Kashmir gemar sekali kepada nama-nama yang ada hubungannya dengan Palestina. Misalnya Musachail (Partai Musa), Tachte Sulaiman (Kerajaan Sulaiman), Yusuf Zei (kerabat Yusuf), dll.

Berikut adalah artikel mengenai penelusuran jejak nenek moyang Bani Israil pada orang Kashmir dengan tes DNA :

The May 11, 1998 edition of the Wall Street Journal contained an article about a special DNA test that can determine Jewish ancestry. The test was performed on members of the Bene Israel Jews of Alibag, India. Tudor Parfitt and Niel Bradman of the Center for Genetic Anthropology in London conducted this test. The reader may wish to secure a copy of the entire article, as we will only reproduce excerpts. It is significant that the Wall Street Journal article pointed out that,

“Unlike many other lost-tribe adventurers, Mr. Parfitt doesn’t have a political or religious agenda. He isn’t out to populate Israel with clansmen of obscure Jewish sects. Nor does Mr. Parfitt rely on cultural evidence of shared traditions and rituals between these sects and Western Jewry. He also wants biological evidence. ‘DNA is a tool of Jewish history,’ he says.”

Jewish tradition states that the Cohanim are the members of the Jewish priest class who are descended patrilineally from the first high priest, Aaron (Harun), who was Moses’s brother. Today, the names Cohn, Cone, Kahn, and Kann indicate that people carrying one or the other of those names are descended from Aaron. Parfit and Bradman looked for genetic traits that are shared by Cohanim in the west;

“The technique examines the Y-chromosome, a long strand of DNA that contains the genetic formula for maleness. The Y-chromosome is passed only from father to son and is unique in that most of the strand doesn’t exchange DNA with a partner chromosome.

“Like an unshuffled deck of cards, the Y-chromosome remains unchanged for thousands of years, except for tiny genetic variations, or mutations. What most Cohanim have in common is that their DNA is stacked in the same order. Messrs. Parfitt and Bradman have confirmed that there is a genetic link between Lemba tribesmen in southern Africa, Jews from Yemen, and now the Bene Israel. The finding, says Mr. Parfitt, validates Islamic sources about the Jews’ path into Africa and could revise the history of ancient Jewish commerce across the Indian Ocean.”

Though this test was performed on the Bene Israel Jews of Alibag India, it is clear that the general Indian traditions regarding the presence of Jews throughout India in ancient times, including Kashmir, are based in truth. (http://www.tombofjesus.com)

12.5. Jejak Israil pada Bangsa Shin Lung (Bene Menashe)

“In the mountainous region which lies on both sides of the Indian-Burmese border dwells the Shinlung Tribe, or as they call themselves, the Bene Menashe – sons of the Tribe of Menashe. They believe themselves to be descendants of the exiled Tribes who traveled east. Their origin story is that from Central Asia they migrated to the Tibet region and then into southern China, dwelling in caves. From China they immigrated to the Burma-Indian highlands centered in Manipur and Mizaram, where they have lived for centuries.”

“Their collective memory is that they are of Israelite descent. Their religious practices are different from surrounding peoples. Their tradition includes many Biblical aspects such as levirate marriage (a brother marries his deceased brother’s childless wife), agricultural tithes, incest prohibitions, burial rather than cremation, and celebrating three major annual festivals.” (http://www.cohen-levi.org)

Bangsa ini menempati perbatasan India dan Myanmar. Memiliki tradisi penyembelihan hewan korban seperti suku-suku Israil kuno dan menyebut diri sebagai bene Menashe. Memiliki cerita turun temurun bahwa nenek moyang mereka berasal dari negeri di barat yang kemudian bermigrasi ke timur jauh dan berasimilisai dengan suku bangsa Cina.

Mereka yakin bahwa mereka bukan orang Cina. Mereka menyebut diri sebagai Lusi (10 suku). Tradisi Menashe adalah: sunat, upacara pemberkatan anak pada usia 8 hari, hari keagamaan yang mirip Yahudi, pernikahan ipar, menyebut Tuhan mereka dengan Y’wa (asal dari Yehuwa – sebutan Tuhan bagi Israil), disetiap kampung ada Imam yang namanya pasti Harun (Aaron – Imam pertama bangsa Israil), memiliki puisi yang berkisah tentang penyeberangan laut (Musa a.s.).

12.6. Jejak Israil pada Bangsa Chiang Min (Cina)

“In fortlike villages in the high mountain ranges on the Chinese-Tibetan border live the Chiang-Min of Szechuan. According to the Scottish missionary, Reverend Thomas Torrance, who visited Chengdu in 1918, the Chiang-Min are descendants of the ancient Israelites who arrived in China several hundred years before the common era.”

” Torrance notes that the Chiang-Min “…retain unquestionable marks of being members of the Israelitish branch of the Semitic race…”

“among them unmistakable Semitic features. He finds many customs common to ancient Israelite religion. The Chiang-Min believe in one God and serve the Abbah Molan, reminiscent of the Israelite Malach or messenger of God (angel). “In times of calamity or acute distress, the people have a moan or cry of a ‘Yawei’ sound – very suggestive…of the Biblical name of G’d.” (http://www.haruth.com)

Bangsa ini percaya, nenek moyang mereka berasal dari belahan Barat, hanya punya satu Tuhan yang mereka sebut Yawei (Yehuwa). Para Imam harus pria yang sudah menikah (Im 21: 7,13), dan diwariskan secara turunan (seperti tradisi Yahudi).

Para Imam menggunakan jubah putih dan bersurban. Mezbah dibuat dari batu yang tidak dipotong dengan alat logam (Kel 20 : 25), dan tidak boleh didekati oleh orang asing atau orang cacat (Im 21:17-23). Para Imam menggunakan tali pengikat jubah dan tongkat kayu. Dalam upacara-upacara mereka mengibarkan 12 bendera sebagai lambang Ayah yang memiliki 12 anak (suku), wanita nya mengenakan kerudung, dan berlaku juga pernikahan ipar.

  1. Al Masih, Nabi yang Mengembara

Demikianlah bahwa ke 10 suku Israil yang hilang telah bermigrasi berabad-abad lamanya ke negeri-negeri di timur, dan meskipun telah berasimilasi dengan suku, budaya, adat, dan agama setempat namun jejak fisik tubuh, budaya, dan agama Israil masih bisa ditemukan.

Kepada merekalah Nabi Isa (Yesus) a.s. meninggalkan negeri Yerusalem, untuk memberikan petunjuk kepada domba-domba Israil yang hilang, dan memenuhi tugas kerasulan beliau. Berjalan dari Barat ke Timur, melintasi negeri-negeri.

Dalam Kitab Hadis Kanzul Ummal tertera diriwayatkan oleh Hz. Abu Hurairah :

“Allah telah mewahyukan kepada Nabi Isa a.s. : “Wahai Isa, berpindah-pindahlah engkau dari satu tempat ke tempat lain, supaya jangan ada yang mengenali engkau lalu menyiksamu”.

Diriwayatkan oleh Jabar : “Nabi Isa a.s. senantiasa mengembara dari satu negeri ke negeri lain. Dan disuatu tempat bila malam tiba, beliau memakan beberapa tumbuhan hutan, serta meminum air bersih”.

Diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar r.a. : “Yang paling dicintai oleh Allah adalah orang-orang yang gharib (miskin)”. Ditanyakan kepada beliau (saw) apakah gharib itu? Apakah orang-orang seperti Nabi Isa a.s. yang melarikan diri dari negerinya dengan membawa Iman?

Gelar Al Masih sendiri artinya adalah :

– Dia yang melakukan pengembaraan di negeri-negeri dan bagian-bagian dunia (Murthada Az Zabidi, Tajul ‘Uruus Jilid II).

– Dia yang banyak melakukan perjalanan di muka bumi dalam rangka penghambaan kepada Allah dan tidak berdomisili di satu tempat saja (Muhammad bin Ahmad al Qurthubi).

  1. Napak Tilas Perjalanan Suci Isa a.s. (Yesus)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa setelah sembuh dan bangkit dari pingsannya, beliau pergi dari Yerusalem menuju Emmaus untuk menemui murid-muridnya, lalu menuju laut Tiberias (Yahya 21:1). Dari Tiberias beliau pergi menuju Damascus. “And there was a certain disciple at Damascus, named Ananias; and to him said the Lord in a vision, Ananias. And he said, be hold, I am here, Lord. And the Lord said unto him, Arise and go into the street wich is called Straight, and inquire in the house of Judas for one called Saul, of Tarsus: for, behold, he prayeth”. (Acts 9 : 10-11)

Namun karena merasa tidak aman dari kejaran Paulus atas perintah Ulama tinggi Yahudi (Kisah 9:2), maka beliau pergi menuju Nasibain (Nasibis) di Siria. Turut serta dalam perjalanan itu adalah, Ibunda beliau, Maria, lalu murid-murid beliau yaitu Maria Magdalena dan Thomas (Didimus atau Ba’bad – yang kelak mengurus pemakaman Nabi Isa a.s.). Thomas sendiri wafat di India (kota Madras).

Dalam Kitab sejarah Raudhatush Shafa, dikisahkan bahwa Nabi Isa a.s. pergi menuju Nasibain (Nisibis) untuk bertabligh. “In the time of Jesus, there was a King in the Pricipality of Nasibain (Nisibis) who was extremely haughty and cruel, and the prophet (Jesus) having set him self to preach to him went to Nasibain. When he reached its neighberhood, he asked his companions : “Who would go to the city and proclain, That Jesus, a servant of God and His messenger, is without the city? Amongst them one Jacob offered todo so…Jesus sent Thomas with him..Jesus said that there were his enemies within the town. They went and preached…but people abused them and said unpleasant things about Jesus and Mary..” (Rauzatus safa fi sirat ul ambia wal muluk wal khulafa. Vol 1 : 132-133).

Dari Nisibis, beliau melanjutkan pengembaraan beliau melintasi wilayah Babylon (Irak), sungai Euphrat terus menuju Persia. Dalam sejarah ada sebuah surat yang terkenal yang disebut “Creed of Eusebeus” yang diterjemahkan oleh Heinmer pada tahun 1650. Surat itu beirisi undangan Raja Abgerus kepada nabi Isa a.s. ke Istananya dari seberang sungai Euphrat. Hal ini membuktikan bahwa beliau melintasi sungai Euphrat menuju Persia.

Semoga pembaca dikarunia keterbukaan fikiran untuk melihat fakta – fakta sejarah ini, bahwa Nabi Isa a.s. (Yesus) tidak pergi meninggalkan bumi, melainkan pergi menuju negeri-negeri Timur untuk bertabligh kepada suku-suku Israil yang hilang. Dalam injil yang empat itu, hanya Lukas dan Markus yang menceritakan kenaikan Isa ke langit, dan hal itupun saat ini kian diragukan keotentikannya oleh para sarjana Kristen. Banyak yang mengatakan bahwa perihal naiknya Yesus ke langit adalah tambahan yang dilakukan oleh Erestinc di kemudian hari.

Dalam buku Strans, Life of Jesus pada hal.750 tertulis : “..ini benar, Al Masih tidak mati di atas kayu salib, karena dia hanya tinggal sebentar saja diatas kayu salib itu. Darah yang keluar dari tubuhnya itu menunjukkan keraguan atas kematiannya”.

Nabi Isa a.s. melakukan perjalanan tabligh beliau melintasi Media (Persia) lalu memasuki wilayah Afghanistan dimana beliau banyak menemui suku-suku Israil yang hilang. Selepas Afghanistan beliau melanjutkan perjalanan beliau memasuki Taxila (Hindustan Utara-Pakistan) dan bertemu Raja Gondhapares sekitar tahun 60 M (Acta Thomae, Ante Nicene Christian Library , Vol XX, 46).

Dari Taxila beliau menuju kota Murree, di kota inilah ibunda beliau, Hz. Siti Maryam wafat dan dikuburkan. Orang-orang kota itu menyebut pusara Hz. Siti Maryam dengan nama Mai Mara da Asthan, yang artinya tempat istirahat Ibunda Maryam.

Dari kota Murree Nabi Yesus a.s. (Isa) melanjutkan perjalanan menuju kota yang dikenal saat ini dengan nama Aish Muqam (Aish berasal dari kata Isa), yang terletak 70 Km dari Srinagar. Selanjutnya beliau singgah di Srinagar Kashmir dan menetap di sana hingga akhir hayat beliau.

Sampainya Nabi Isa (Yesus) a.s. ke negeri Kashmir, terdapat dalam buku “The Heavenly high snow peak of Kashmir” yang dimuat dalam “Asia Magazine” pada bulan Oktober 1930, ditulis, bahwa Al Masih pasti pernah datang ke negeri ini, dan dia tidak mati di atas kayu salib. Kemudian dengan tegas ditunjukkannya pula kuburan Al Masih”.

Dalam kitab Ikmaluddin yang ditulis lebih dari 10 abad yang lalu oleh Sheikh Al Said us Sadiq (wafat pada tahun 962 M di Khorasan), pada halaman 359 tertulis : “Nabi Yus Asaf (Yesus) telah banyak mengunjungi berbagai-bagai negeri, hingga ia sampai di negeri ini, yang namanya Kashmir. Ia tetap tinggal di sini, hingga ia wafat. Ia telah meninggalkan tubuh kasarnya, dan ruh nya berangkat kepada Nur.

Sebelum ia wafat, ia telah memanggil seorang muridnya bernama Yabid (Thomas), yang selalu mengkhidmati dan mengikut padanya. Ia berwasiat kepadanya begini: “Saya hampir akan meninggalkan dunia ini, dan saya akan diangkat ke alam baqa. Jagalah apa-apa kewajibanmu, jangan tergelincir daripada hak, dan kerjakan ibadah.

Ia suruh muridnya itu membuat sebuah rumah-rumahan di atas kuburnya. Sesudah berkata itu, lalu ia berbaring, kepalanya ke arah Maghrib (barat) dan mukanya ke Masyrik (timur), kemudian barulah nafasnya yang penghabisan dihembuskan”.

Bukti lain dari keberadaan Isa di negeri Hindustan adalah, ada pada kitab kuno berbahasa sansekerta yang berjudul Bhavishya Maha Purana yang ditulis oleh Sutta pada tahun 115 Masehi. Dalam Kitab ini diabadikan pertemuan antara Raja Shalewahin dengan Nabi Isa di Wien (Srinagar Utara). Dikisahkan: “Di negeri itu ia (Shalewahin) melihat di Wien seorang raja saka, yang berkulit putih dan memakai baju putih. Dia (Shalewahin) bertanya siapakah ia. Jawabnya ialah bahwa ia Yusashaphat (Yus Asaf), dan dilahirkan oleh seorang dara, dan ia berkata bahwa ia mengatakan yang sebenarnya dan ia berkewajiban membersihkan agama. Raja itu bertanya apakah agamanya. Ia menjawab : “Wahai Raja, kalau kebenaran telah lenyap dan tak ada pembatas di negeri Maleech, saya muncul di sana, dan karena pekerjaan saya maka yang bersalah dan jahat menderita, dan saya juga menderita karena tangan mereka”. Raja itu bertanya lagi apa agamanya”. Ia menjawab, ” Agamaku untuk menimbulkan cinta, kebenaran, dan kesucian dalam hati dan karena itu saya disebut Isa Masih“. Raja itu pergi setelah memberikan penghormatan kepadanya….” (Hal.282, Parwa (Bab) III, Adhyaya II, Salok 9-31, dari terjemahan Inggris oleh Dr. Widyavaridi Shiv Nath Shastri).

Menurut penduduk Kashmir, di Srinagar ada satu kuburan Nabi yang telah beribu tahun lamanya. Kata mereka Nabi itu namanya Yus Asaf, yang datang dari Barat, kira-kira 1900 tahun yang lalu. Kuburan ini terang-terang diakui orang banyak sebagai kuburan Nabi Sahib dan sebagian orang lagi mengatakan Kuburan Isa Sahib (sahib artinya Tuan).

Jadi jelas bahwa Nabi Yus Asaf ini tak lain adalah Yesus. Karena orang Kashmir menyebut orang ini Nabi, sedang kata Nabi adalah berasal dari kata dalam bahasa Arab dan Ibrani, jika Nabi ini adalah orang Hindustan asli, maka dia akan dipanggil dengan Avatar bukan Nabi. Lalu dikatakan Nabi ini datang dari barat dan pada zaman yang sama dengan zaman Isa (Yesus), jadi kalau bukan Yesus siapa lagi? Karena antara Yesus dan Muhammad tidak ada nabi lain.

Orang-orang Srinagar pun menyebut kuburan ini sebagai kuburan Isa Sahib. Lafaz Yus dan Yesu adalah hampir sama, bahkan tidak bisa dibedakan, sedang Asaf adalah nama beliau dalam injil yang artinya “pengumpul” atau “penghimpun”. Kemudian Yus Asaf meninggalkan kitab yang bernama Busyra (khabar suka), jelas sama dengan Kitab Injil yang artinya juga khabar suka. Prof. Dr. Hassnain (Arkeolog dan ahli sejarah India) dan juga Sir Francis Younghusband mengatakan, bahwa Nabi Yus Asaf ini mengajarkan dengan tamsil-tamsil (perlambang-perlambang) yang seperti yang ada dalam Injil (Isa/Yesus).

Demikianlah Nabi Yesus (Isa, Yus Asaf) a.s. menunaikan kewajiban beliau, menunaikan amanat risalah beliau a.s.. Diselamatkan oleh Allah SWT, dipanjang kan usia beliau a.s. (120 tahun), dan beliau berjalan jauh melintasi beragam negeri dari barat ke timur untuk menghimpun domba-domba Israil yang hilang. Beliau wafat dalam kemenangan, diangkat oleh Allah derajat beliau, dibersihkan nama beliau dari tuduhan terkutuk orang Israil, dibersihkan nama beliau dari itikad musyrik umat Nasrani, dan dibersihkan nama beliau dari pemaham syirik sebagai manusia yang hidup di langit.

“Dan Kami jadikan anak Maryam dan ibunya suatu tanda dan Kami berikan mereka perlindungan pada tanah yang tinggi dengan lembah-lembah hijau dan sumber air yang mengalir” (Al Mukminun : 51).

Di kawasan pegunungan dan lembah Srinagar Kasmir yang hijau, subur, dan banyak terdapat sumber-sumber air, Allah telah menempatkan Isa bersama ibunya dan melindungi mereka hingga akhir hayat, ditengah-tengah kaum yang menerima mereka.

  1. Al Qur’an mengenai telah wafatnya Isa (Yesus) a.s.
  2. Al Maidah : 117

Dalam surah 5 : 117 ayat berbunyi : “Aku (Isa a.s.) tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (untuk mengatakannya) yaitu : “Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu”, dan adalah aku (Isa a.s.) menjadi SAKSI terhadap mereka, selama aku berada diantara mereka. Maka setelah Engkau WAFATKAN aku, Engkaulah yang MENGAWASI mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan segala sesuatu”.

Ayat ini menjadi bukti bahwa semasa hidupnya beliau ( Nabi Isa a.s.) selalu mengajarkan tauhid, dan beliau menjadi saksi dan pengawas akan tegaknya tauhid diantara pengikut beliau. Namun manakala beliau telah wafat maka atas segala penyimpangan yang dilakukan oleh umatnya bukanlah lagi menjadi tanggung jawab beliau a.s. Dan beliau menyerahkan hal itu kepada Allah yang Maha Menyaksikan.

Jadi, jika beliau a.s. saat ini masih hidup disuatu tempat sedang didunia meraja lela aqidah trinitas, maka tidak ada yang lebih patut “dipersalahkan” selain Isa a.s., karena beliau telah berjanji bahwa selama hidup beliau maka beliau akan menjadi saksi dan penjaga atas umatnya untuk tetap mengikuti tauhid.

Jadi dengan menyimpangnya umat beliau dari ketauhidan itu sendiri sudah menjadi bukti bahwa beliau telah wafat, karena beliau tidaklah lagi menjadi saksi dan penjaga atas mereka. Dan beliau suci dan bersih dari timbulnya aqidah trinitas.

Tafsir surah Al Maidah 117 ini ada dalam hadis yang diriwayatkan Ibn Abas r.a.: Rasulullah saw. bersabda: Di hari kiamat kelak, bakal ada beberapa orang yang akan ditarik ke api neraka, maka aku (Muhammad saw) akan berkata, mereka adalah sahabat-sahabatku, di waktu itu aku mendapat jawaban,”Engkau tidak mengetahui apakah yang telah mereka buat setelah engkau mati, lalu aku akan berkata seperti hamba Allah yang saleh (Isa ibn Maryam) itu berkata: “dan adalah saya menjadi saksi atas mereka selama saya hidup bersama mereka, maka manakala Engkau matikan saya, adalah Engkau menjaga mereka”.

Jadi atas dasar Tafsir surah 5 : 117 menyangkut Isa a.s., dalam Hadis Bukhari Kitabut Tafsir, bahwa sebagaimana Muhammad saw. telah wafat dan tidak lagi menjadi saksi/penjaga atas umatnya. Maka demikian pula Isa a.s. telah wafat dan tidak lagi mejadi saksi/penjaga atas umatnya.

Sebagai tambahan, di dalam Kitab Hadis Kanzul Umal Jld XI hal 479. Fatimah r.a. menerangkan Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Isa ibnu Maryam usianya 120 tahun”.

  1. Ali Imran : 55

“Ingatlah ketika Allah berfirman: Hai Isa, sesungguhnya Aku akan mematikan engkau dan akan meninggikan engkau di sisi-Ku dan akan membersihkan engkau dari kaum yang ingkar…”

Perlu diperhatikan kronologis ayat ini adalah:

  1. Dimatikan/ diwafatkan
  2. Ditinggikan / diangkat
  3. Dibersihkan

Kronologis ayat ini tidak boleh dibolak-balik.

Umat Nasrani mengatakan bahwa Isa diangkat ke langit, namun sebelumnya Isa wafat di kayu salib lalu hidup lagi. Itikad Nasrani ini salah, karena pada ayat ini tidak dikatakan bahwa sebelum beliau diangkat beliau hidup lagi. Lagi pula Yesus tidak wafat di tiang salib melainkan hanya mati suri alias pingsan saja.

Sementara itu kebanyakan umat Islam percaya bahwa beliau kini diangkat dan hidup di langit bersama jasad kasarnya, kalau begitu yang sekarang ada di “langit” adalah jenazah Nabi Isa, karena berdasarkan ayat di atas beliau di wafatkan dulu baru diangkat. Kalau anda mengatakan bahwa yang di angkat itu Isa yang hidup, maka konsekuensinya anda harus berani menghapus poin 1 dari ayat di atas, anda sanggup menghapus (mengkoreksi) sabda Allah?

Kemudian dalam ayat itu tidak ada kata langit, jadi dari mana asalnya pemahaman bahwa Isa a.s. naik ke langit? Apakah surga ada di langit? Apakah Allah ada di langit? Dalam Tafsir Al Azhar Hamka menulis bahwa ajaran ini adalah ajaran Nasrani yang disusupkan ke dalam Islam.

Jadi Allah Ta’ala telah mewafatkan Isa a.s. secara wajar (alami), dan kemudian Allah meninggikan (mengangkat) derajat beliau (bukan jasmani). Lihat pengunaan kata Raf’a pada surah 7:174; 12:76; 24:36 dan 58:11. Seluruhnya menunjukan kepada makna ruhani (derajat) dan bukan jasmaniyah.

Haji Zainudin Hamidy dan Fakhruddin dalam terjemahan Qur’annya pun (terbitan CV. Jayamurni-Jakarta) mengartikan dengan “dimuliakan”. Inilah juga makna Rofa’ahu yang ada dalam An Nisaa : 158, yaitu beliau diangkat, dan dimuliakan derajat beliau a.s. dan bukan terbang jasmaninya.

  1. Maryam : 31

“….Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) Zakat selama aku hidup”.

Nabi adalah suri tauladan, segala amal ibadah yang diperintah Tuhan pasti akan dijalankan dan demi tarbiyah umat, maka dia akan memeragakannya sebagai suri tauladan untuk umatnya, tentunya selama nabi itu masih hidup. Jadi adakah seseorang yang bisa melihat Nabi Isa masih membayar Zakat? Atau masih menerima Zakat darinya?

  1. Ali Imran : 81

“Ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari pada Nabi: “Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjianKu terhadap yang demikian itu?”. Mereka (para Nabi) menjawab: “Kami mengakui”…

Dr. Haji Abdulkarim Amarullah menulis dalam bukunya, Al Qaulush Shahih : “Pemandangan ayat ini, katanya, Annabiyyina, yang berarti segala nabi-nabi, nyata benar meliputi Adam sampai kepada Isa sama sekali berjanji kepada Tuhan, akan mengikut akan Muhammad dan akan percaya serta menolong dia”

Doktor itu juga menulis : “Bacalah hadis Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Bukhari yang sama maksudnya dengan firman Tuhan yang tersebut pada fasal yang pertama surat Ali Imran : 80 tadi: “Tidaklah Allah membangkitkan (mengutus) seorang Nabi juapun, melainkan Allah mengambil atasnya perjanjian teguh bahwa, sesungguhnya jika dibangkitkan Muhammad sedang Nabi yang lain itu masih hidup, maka mestilah ia iman kepada Muhammad dan menolong dia untuk menjalankan agamanya Muhammad”.

“Jadi apa sebabnya sudah lebih dari 1300 tahun Isa belum juga bangkit menolong Muhammad kalau sebenar-benarnya ia masih hidup? Mustahil Nabi Isa tidak menepati janji dengan Tuhan dalam masa yang selama itu. Dan mustahil juga ia lalai dari pada kewajibannya di dalam sedikit masa pun apalah lagi lebih dari 1300 tahun!” Demikianlah tulisan ayahanda Prof. Hamka. Jadi memang Isa (Yesus) a.s. telah wafat.

  1. Al Maidah : 75

“Al Masih ibn Maryam tidak lain melainkan seorang rasul, sesungguhnya telah berlalu (Qad Khalat) rasul-rasul (semua) sebelumnya…”

Kita semua sepakat bahwa sebelum Isa a.s. telah wafat semua rasul sebelum beliau. Sekarang mari kita menuju ayat lain yang semakna.

“Dan Muhammad tidak lain melainkan seorang rasul, sesungguhnya telah berlalu (Qad khalat) rasul-rasul (semua) sebelumnya” (Ali Imran : 144).

Berarti kita juga sepakat bahwa sebelum rasulullah saw diutus maka telah wafat seluruh rasul-rasul sebelumnya. Perlu difahami bahwa arti Qad Khalat tiada lain adalah wafat/mati. Silahkan juga baca Tafsir Al Furqan oleh A. Hassan, Guru Persatuan Islam dalam tafsir Al Ahqaf 17. Sedang H. Zainudin Hamidi dkk mengartikan dalam terjemahan Qur’an-nya sebagai “yang telah lewat dengan tiada kembali lagi”.

Ayat Ali Imran : 144 inilah yang dibacakan oleh Hz. Abu Bakar r.a. pada saat wafatnya Rasulullah saw untuk meyakinkan Umar bahwa sebagaimana rasul-rasul yang dahulu pun telah wafat maka hal demikian juga yang terjadi pada diri Rasulullah saw. Tentunya jika Nabi Isa a.s. masih hidup seperti yang diyakini umat Islam kebanyakan saat ini, tentunya akan ada perdebatan sengit antara Umar .r.a. dan para sahabat yang sedang berduka dengan Hz. Abu Bakar r.a. Tetapi kenyataannya Hz. Umar tidak membantah.

  1. Injil mengenai wafatnya Yesus
  2. Matius 23:39

“Yesus bersabda : “Karena aku berkata kepadamu, bahwa daripada masa ini tiada lagi kamu melihat aku, sehingga kamu berkata : Mubaraklah ia yang akan datang dengan nama Tuhan”.

Dari ayat injil di atas jelaslah bahwa dunia tidak akan melihat Isa ibn Maryam (Yesus) lagi, dan Yesus tidak memberi khabar akan kedatangan ke dua kali ke dunia. Artinya beliau akan wafat dan ruh nya pergi menuju Bapa (Allah) dan tiada kembali lagi.

Dalam ayat Matius 23:39 di atas terdapat nubuatan menganai kedatangan seorang nabi setelah wafatnya Isa/Yesus, yang mana ciri dari nabi itu adalah datang dengan nama Tuhan. Mari kita hubungkan Matius 23:39 ini dengan Kitab Ulangan 18: 17-22, yang antara lain disebutkan : “Segala firman-Ku yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku.

Siapakah Nabi yang akan datang setelah Isa wafat ini? Yang dalam kedatangannya dan firman-firmannya disebut dengan nama Tuhan? Dialah Muhammad saw, yang mana di dalam kitab yang diturunkan kepadanya selalu diawali : “Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih” dalam setiap surah-surahnya.

Namun tahukah anda bagaimana umat Kristiani menolak Muhammad saw? Karena mereka bertanya kepada kaum muslim: “Apakah Isa telah wafat?”.

Umat Islam menjawab : “Tidak, beliau masih hidup”.

Umat Kristiani menjawab lagi : “Kalau begitu Muhammad adalah Nabi Palsu”.

“Kenapa? Apa dasarnya?” Tanya kaum Muslim.

Umat Nasrani menjawab : “Karena dalam Matius 23:39 dikatakan bahwa syarat Nabi itu datang adalah manakala Isa telah wafat, jadi kami tidak salah. Apalagi setelah kami konfirmasikan kepada umat Islam mereka sendiri juga mengakui bahwa Isa belum wafat, sama dan sependirian dengan kami yang percaya juga Isa belum wafat. Jadi belum saatnya Nabi itu datang”.

Jadi untuk mematahkan salib ini adalah tiada lain selain mengimani dan membuktikan bahwa Isa (Yesus) telah wafat secara wajar.

  1. Kitab Kejadian 6:3

“Firman Tuhan : ” Bahwa roh ku tiada akan berbantah-bantah selama-lamanya dengan manusia, karena hawa nafsu jua adanya, melainkan tinggal lagi panjang umurnya 120 tahun”.

Dalam Kitab Hadis Kanzul Umal Jld XI hal 479. Fatimah r.a. menerangkan Rasulullah saw bersabda:“Sesungguhnya Isa ibnu Maryam usianya 120 tahun”.

Jadi beliau tidak wafat dalam usia 33 tahun, tidak juga dalam usia 2000 tahun lebih, melainkan beliau wafat pada usia 120 tahun.

Dr. Bob Holt M.D. seorang sarjana Kristen juga mengatakan : “The proof that Jesus Christ, the “Messiah” of Western Civilization for 2000 years, survived crucifixion and lived out His later life in India, in the small Himalaya country of Kashmir.”

 

  1. Penutup dan ucapan terima kasih

Puji syukur kepada Allah Ta’ala yang telah membukakan semua misteri tabir ini dan memberi petunjuk kepada kita semua. Sebagaimana Allah SWT bersabda : “Wahai Isa, Aku akan membebaskan engkau dari tuduhan-tuduhan itu dan Aku akan membuktikan kesucian engkau. Dan Aku akan menjauhkan celaan-celaan yang dilontarkan orang Yahudi serta Nasrani terhadap engkau” (Al Imran : 56).

Semoga Allah yang Maha memiliki hati setiap manusia membukakan hati dan pikiran saudara yang dengan karunia tersebut saudara dapat melihat bagaimanakah riwayat serta perjuangan suci Nabi Isa (Yesus) a.s..

Bahwa Nabi Isa a.s. tidaklah mati terkutuk di tiang salib seperti keinginan umat Yahudi. Bahwa Nabi Yesus a.s. juga tidak harus wafat di tiang salib untuk penebusan dosa, dan kemudian hidup kembali. Bahwa Yesus (Isa) a.s. juga tidak naik ke langit, lalu menghilang, dan hidup abadi selama 2000 tahun lebih. Siapapun yang mengimani hal ini entah disadari atau tidak telah meletakkan jubah syirik tidak hanya kepada sosok Nabi Suci Isa a.s. namun juga kepada dirinya sendiri.

Dalam tulisan yang sederhana ini telah disampaikan suatu riwayat kehidupan Nabi Isa a.s. dan membukakan tabir misteri akan perjalanan hidup beliau a.s. berdasarkan Kitab Al Qur’an, Injil, Al hadis, Kitab-kitab sejarah, fakta-fakta sejarah, arkeolog, dan antropologhi.

Terakhir saya ingin mengucapkan terima kasih Jazakumullah ahsanal Jaza kepada pembaca yang budiman serta teriring do’a tulus untuk anda, semoga Allah yang memiliki kebenaran menunjukan kebenaran-Nya kepada anda dan membuka hati serta menuntun anda kepada kebenaran-Nya, amin Allohumma amin.

————————————————————————————————–

Ditulis oleh: Fadhlan Fauzan Azim

Seorang muslim dan pemerhati agama Islam dan sejarah.

Jurnal Pondok Jum’at:

  1. Sekelumit tentang Nabi Isa

2. Nabi Isa dan kontroversi

3. Murtad Dalam Islam